Beranda · Menu · Menu 1 · Menu 2

Puisi Perjuangan




        "Dari Pencopet Dan Pendosa"

Ketika pedang menaruh luka yang terdalam
Jutaan mata menyaksikan keharuan
 Geram kesal dendam, kemarahan singgah di nurani mereka

Wahai sang saka.
Aku menaruhkan kepala di tiangmu
Suara lelaki paruh baya sambil mengangkat bambu,berlari ké Medan perjuangan.
Sementara itu,kaum pencopet sertã kaum pendosa mengepalkan tangan berteriak dan berlari..
hancurkan dagu mereka.. usir kaki Dan harapan nya.
Kita harus merdeka tanpa pengendalian kekuasaan.
Kira harus merdeka tanpa ketakutan upeti.
Kita harus merdeka tanpa penghianatan jalan kuasa.
Lihatlah di tiap penjuru.
Daratan Dan lautan sudah tak sabar di kelola tangan ikhlas Kita.

Serentak suaranya hilang..
Pencopet itu tertembak tepat di dada.
Harapan nya mengalir tiap mata air hujan,meresap kedalam ubun pendosa.

Sedang aku di sini tak tau
Ataukah,akan di telan Lumpur turunan jaman menyiksa bangsa yang telah merdeka..
Hai cakrawala pencopet di Medan juang
Sinari nasionalisme nurani kami..
Kehawatiranku bagi para penguasa semakin besar.
Para Hakim Dan pejabat berak di atas tiang sang saka.

Hai cakrawala pendosa di Medan juang.
Kami menunggu hujan yang dahulu membasahi ubun pendosa.
Oh pencopet Dan pendosa.

(1946 .  2017)



Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Puisi Perjuangan "

Post a Comment